Perkembangan Kognitif Remaja
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Masa
remaja adalah suatu periode kehidupan dimana kapasitas untuk memperoleh dan
menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya (Mussen, Conger dan
Kagan, 1969). Hal ini dikarenakan selama periode remaja ini proses pertumbuhan
otak mencapai kesempurnaan. Selain itu pada masa remaja jugaterjadi
reorganisasi lingkaran saraf prontal lobe (belahan otak bagian depan sampai
pada belahan atau celah sentral). Prontal lobe ini berfungsi dalam aktivitas
kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan merumuskan perencanaan strategis
atau kemampuan mengambil keputusan (Carol & David R., 1995).
Istilah intelek berasal dari bahasa
inggris intellect yang menurut Chaplin (1981) diartikan sebagai :
1. Proses
kognitif, proses berpikir, daya menghubngkan, kemampuan menilai dan kemampuan
mempertimbangkan.
2. Kemampuan
mental atau intelegensi.
Menurut
Mahfudin Salahudin (198), intelek adalah akal budi atau intelegensi yang
berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berpikir.
Di
tinjau dari prespektif teori kognitif piaget maka, pemikiran masa reamja telah
mencapai tahap pemikiran operasional formal, yakni suatu tahap perkembangan
kognitif yang di mulai pada usia kira-kira 11 atau 12 ahn dan terus berlanjut
sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa (Lerner & Hustlsch,1983).
Pada ahap ini remaja sudah mampu berpikir secara sistematik, mampu memkirkan
semua kemugkinan untuk memecahkan permasalahan.
Berdasrkan
teori dan eksperimen dari piaget tersebut Keating (alam seiffert dan hoffnung,
1994), membedakan gaya pemikiran formal operasional dari gaya pemikiran konkrit
operasional dalam tiga hal penting. Pertama, penekanan pada kemungkinan vs
kenyatan (emphasizing the possible vs the real). Kedua, penggunaan penalaran
ilmiah (using scientific reason). Ketiga, Kecakapan dalam mengkombinasikan
ide-ide (skillfully combining ideas).
B.Tahapan Perkembangan Kognitif
Menurut Jean Piaget tahapan
perkembangan pada masa anak remaja adalah pada :
Tahap
Operasional Formal, yakni pada usia 11 tahun sampai 20 tahun. Pada tahap ini
anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan
hasil dari berpikir logis. Mampu bepkir abstrak dan memecahkan persoalan yang
bersifat hipotesis.
Karakteristik
:
·
Individu dapat encapai
logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi.
·
Individu mulai mampu
berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak.
·
Individu mulai mampu
memecahkan persoalan-persoalan yang ersifa hipotesis.
·
Individu mulai mampu
membuat perkiraan di amsa depan.
·
Ndividu mulai mampu
mengintropeksi diri sendiri sehingga kesadaran diri sendiri tercapai.
·
Individu mulai mampu
membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang dewasa.
· Individu mulai mampu
untuk menyadari diri mempertahankan kepentingan masyarakat dilingkungannya dan
seseorang dalam masyarakat tersebut.
C.Fakor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Kognitif
1. Faktor
Hereditas.
Potensi
yang dibawa anak semenjak dalam kandungan, tidak akan berkembang aau terwujud
secara optimal apabila lngkungan tidak member kesempatan untuk bekembang. Oleh
karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak.
2. Faktor
lingkungan.
Unsur-unsur
yang mempengaruhi :
a. Keluarga
Intervensi yang paling penting
dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman pada anak
dalam berbagai bidang kehidpan sehingga anak memiliki informasi yang banyak
yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir.
b. Sekolah
Sekolah adalah lembaga yang formal
yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak termasuk
perkembangan berpikir anak. Beberapa cara untuk mengembangkan intelektual anak
adalah sebagai berikut :
·
Menciptakan interaksi
atau hubungan yang akrab dengan peserta didik.
·
Member kesempatan
kepada peserta didik untuk berinteraksi dengan orang-orang yang lebih
berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
·
Menjaga dn meningkatkan
pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi
yang cukup.
·
Meningkatkan kemampuan
berbahasa peserta didik.
3. Faktor
Ekonomi
Dari
hasil penelitian yang dilakukan pada pusat pengembangan anak yayasan compassion
Indonesia di kota malang, ditemukan bahwa :
·
Sebagian besar tingkat
motivasi berprestasi reamja miskin berada pada kategori rendah
·
Sebagian besar tingkat
nilai kesuksesan berprestasi remaja miskin berada pada kategori rendah.
·
Ada hubungan yang
signifikan antara nilai kesuksesan dan motivasi berprestasi.
·
Kemiskinan membatasi
anak-anak memperoleh pendidikan.
·
Kemiskinan juga
mempengaruhi kehidupan sosial.
D.Hubungan Nilai Kesuksesan dan Motivasi Berprestasi
Remaja Miskin
Salah satu penyebab kemiskinan
adalah adanya culture of poverty dan streotipe orang miskin tidak bisa maju,
yang menyebabkan masyarakat miskin tidak memiliki keinginan atau keyakinan
untuk sukses. Lingkungan budaya dan streotipe miskin mungkin member pengaruh
negaif pada motivasi berprestasi, nilai dan ekspektansi remaja miskin terhadap
kesuksesan. Namun bila melihat ciri-ciri remaja pada umumnya, dimana remaja
remaja cenderung idealis, memiliki pemikiran fantasi ke depan dan memiliki
nilai pribadi yang kadang tidak sesuai dengan orang dewasaatau lingkungannya,
mungkin saja remaja miskin tidak terimbas pengaruh budaya dan streotip
kemiskinan dari lingkungan. Kesenjangan pendapat ini merupakan bagian latar belakang
permasalahan.
Bila melihat fakta yang ada di
Indonesia, selain merupakan permaslahan ekonomi, kemiskinan juga menjadi akar
permasalahan berbagai aspek kehidupan. Kemiskinan mempengaruhi bidang kesehatan
masyarakat. Ketidakmampuan financial menyebabkan masyarakat miskin sering tidak
mendapatkan asupan gizi yang cukup, sulit untuk membiayai pengobatan ketika
sakit, keterbatasan dana untuk menciptakan sanitasi lingkungan yang baik dan
bahkan menyebabkan kejadian yang cukup ekstrim seperti kelaparan dibeberapa
daerah di Indonesia yang menyebabkan banyak balita menderita gizi buruk.
Kemiskinan membatasi kesempatan
anak-anak memperoleh pendidikan seperti yang diungkapkan dalam Kompas (2007:1)
“sejumlah warga Negara kurang mampu menyatakan pesimis bisa memberikan bekal
pendidikan kepada anak-anka mereka, minimal hingga jenjang SLTA. Ummunya,
kendala yang mereka hadapi adalah belitan kemiskinan sehingga prioritas
pendidikan tergeser oleh pendidikan sehari-hari”.
Namun berdasarkan informasi yang
diperoleh di lapangan, pada kenyataannya banyak reamaja miskin yang di bina
dalm pusat pengembangan Anak Yayasan Compassion masih memiliki motivasi
berprestasi yang rendah. Ada kemungkinan keterbatasan ekonomi dianggap sebagai
halangan besar bagi masyarakat miskin untuk berambisi merelisasikan dorongan
dan kebutuhan untuk maju sehingga ekspektansi remaja ini terhalangi. Karena
mereka menderita kemiskinan maka seolah-olah mereka tidak berdaya untuk
mencapai cita-cita yang tinggi, sehingga cenderung memilih cara hidup pasrah,
mengalir dan hanya menjalani apa yang ada. Bahkan hal ini diperparah dengan
adanya streotipe budaya yang cenderung membatasi. Kuntoro (1995:44)
mengungkapkan bahwa “ dalam budaya masyarakat miskin seperti di jawa, motivasi
dan kebutuhan untuk maju yang melebihi batas seolah-olah tidak disetujui umum,
sebagaimana ungkapan “Cebol Nggayuh Lintang”. Ungkapan ini menunjukan sesuatu
yang tak masuk akal jika orang miskin mempunyai cita-cita tinggi”. Atau mungkin
salah satu penyebab kurangnya motivasi berprestasi miskin ini dikarenakan
nila-nilai budaya kemiskinan yang terinternalisasi dari lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar